Neobux

Rabu, 13 Februari 2008

Listrik di Buol

Menggeliat... itu kesan pertama saya saat ditugaskan BKO di Ranting Leok yang melistriki seluruh Kabupaten Buol dan sebagian Kabupaten Tolitoli. Ya, sebagai kabupaten yang belum lama terbentuk, perekonomian Kabupaten Buol memang tengah menggeliat.
Hal ini terutama didukung oleh keberanian Pemda Buol untuk membangun PLTD sendiri hingga sistem dalam Kota Buol (bukan seluruh kabupaten) bisa terlistriki selama 20 jam. Sebelumnya Ranting Leok hanya beroperasi selama 12 jam. Beroperasinya PLTD Pemda Buol selama 8 jam pada siang hari harus diakui memberi dampak positif bagi perkembangan perekonomian di daerah tersebut (terutama di dalam kota)
Namun hal itu membuat miris di sisi lainnya. Pemda Buol harus menganggarkan sekurang-kurangnya 4 Miliar Rupiah hanya untuk membeli Solar dan memastikan PLTD Pemda Buol tetap beroperasi. Sebagai kompensasi beroperasinya PLTD Pemda Buol, PLN hanya membayar 400 juta rupiah saja tiap tahunnya!!!Praktis, Pemda Buol harus membuang uang 3,6 Miliar Rupiah hanya untuk dibakar menjadi listrik. Setelah satu tahun, Anggaran Pemda Buol mulai keteteran. Mungkin mereka juga berfikir, uang 3,6 M akan sangat berharga bila dialokasikan di sektor pendidikan dan atau kesehatan.
Itulah sebabnya mereka mulai melakukan lobi-lobi di tingkat pusat (Presiden dan DPR RI), berupaya agar PLTD Pemda Buol dapat dihibahkan ke PLN dan setelah itu meminta agar seluruh Kabupaten Buol dapat beroperasi selama 24 jam!!!
Wow, sebuah permintaan yang menurut saya sangat berani. Di tengah upaya PLN menggalakkan penggunaan pembangkit dengan energi terbarukan, permintaan Pemda Buol saya nilai sangat berani. Saya sendiri tidak yakin apakah permintaan itu akan disetujui pemerintah pusat (sebagai pemegang saham PLN).
Bayangkan, berapa kerugian yang akan ditanggung PLN jika permintaan tersebut direalisasi. Bagi saya, hibah dan operasi 24 jam bukan masalah, kalau harga jual listriknya pun menggunakan tarif regional. Tapi apa iya masyarakatnya mau?

Tidak ada komentar: